Sunday, October 01, 2006
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dalam ketidak percayaan.
Tidak mungkin ini tempatnya. Sebenarnya, tidak
mungkin aku diterima di sini. Aku sudah diberi undangan beberapa
kali, oleh beberapa orang yang berbeda, dan baru akhirnya
memutuskan untuk melihat tempatnya seperti apa sih. Tapi, tidak
mungkin ini tempatnya. Dengan cepat, aku melihat pada undangan yang
ada di genggamanku.
Aku memeriksa dengan teliti kata-katanya,
"Datanglah sebagaimana adanya kamu. Tidak perlu ditutup-tutupi"
dan menemukan lokasinya.
Ya ... aku berada di tempat yang benar. Aku mengintip lewat
jendelanya sekali lagi dan melihat sebuah ruangan yang penuh
dengan orang-orang yang dari wajahnya terpancar sukacita.
Semuanya berpakaian rapi, diperindah dengan pakaian yang bagus
dan terlihat bersih seperti kalau mereka makan di restoran yang
bagus.
Dengan perasaan malu, aku memandang pada pakaianku yang buruk
dan compang camping, penuh dengan noda. Aku kotor, bahkan
menjijikan.
Bau yang busuk ada padaku dan aku tidak dapat membuang kotoran
yang melekat pada tubuhku. Ketika aku akan berputar untuk
meninggalkan tempat itu, kata-kata dari undangan tersebut
seakan-akan meloncat keluar, "Datanglah sebagaimana kamu adanya.
Tidak perlu ditutup-tutupi."
Aku memutuskan untuk mencobanya. Dengan mengerahkan semua
keberanianku, aku membuka pintu restoran dan berjalan ke arah
laki-laki yang berdiri di belakang panggung.
"Nama Anda, Tuan ?" ia bertanya kepadaku dengan senyuman.
"Johny Alim," kataku bergumam tanpa berani melihat ke atas.
Aku memasukkan tanganku ke kantongku dalam-dalam,
berharap untuk dapat menyembunyikan noda-nodanya. Ia sepertinya
tidak menyadari kotoran yang berusaha aku sembunyikan dan ia
melanjutkan, "Baik, Tuan. Sebuah meja sudah dipesan atas
nama Anda.
Anda mau duduk ?"
Aku tidak percaya atas apa yang aku dengar !
Aku tersenyum dan berkata, "Ya, tentu saja!"
Ia mengantarkanku ke sebuah meja dan, cukup yakin, ada plakat
dengan namaku tertera dengan tulisan tebal merah tua.
Ketika aku membaca-baca menunya, aku melihat berbagai macam
hal-hal yang menyenangkan tertera di sana.
Hal-hal tersebut seperti "damai", "sukacita","berkat",
"kepercayaan
diri","keyakinan", "pengharapan", "cinta kasih", "kesetiaan",
dan "pengampunan".
Aku sadar bahwa ini bukan restoran biasa ! Aku mengembalikan
menunya ke depan untuk melihat tempat di mana aku berada.
"Kemurahan Tuhan" adalah nama dari tempat ini !
Laki-laki tadi kembali dan berkata, "Aku merekomendasikan sajian
spesial hari ini.
Dengan memilih spesial menu hari ini, Anda berhak untuk
mendapatkan semua yang ada di menu ini."
Kamu pasti bercanda ! pikirku dalam hati.
Maksudmu, aku bisa mendapat SEMUA yang ada dalam menu ini ?
"Apa menu spesial hari ini ?" aku bertanya dengan penuh
kegembiraan.
"Keselamatan," jawabnya.
"Aku ambil," jawabku spontan.
Kemudian, secepat aku membuat keputusan itu,
kegembiraan meninggalkan tubuhku.
Sakit dan penderitaan merenggut lewat perutku
dan air mata memenuhi mataku. Dengan menangis tersedu sedan,
aku berkata, "Tuan, lihatlah diriku.
Aku ini kotor dan hina.
Aku tidak bersih dan tidak berharga.
Aku ingin mendapat semuanya ini, tapi aku tidak dapat
membelinya."
Dengan berani, laki-laki itu tersenyum lagi.
"Tuan, Anda sudah dibayar oleh laki-laki di sebelah sana,"
katanya sambil menunjuk pintu masuk ruangan.
"Namanya Yesus."
Aku berbalik, aku melihat seorang laki-laki yang kehadirannya
membuat terang seluruh ruangan itu. Aku melangkah maju ke arah
laki-laki itu, dan dengan suara gemetar aku berbisik,
"Tuan, aku akan mencuci piring-piring atau membersihkan lantai
atau mengeluarkan sampah.
Aku akan melakukan apa pun yang bisa aku lakukan untuk
membayarMu kembali atas semuanya ini."
Ia membuka tangannya dan berkata dengan senyuman,
"Anakku, semuanya ini akan menjadi milikmu,
cukup hanya bila kamu datang kepadaKu.
Mintalah padaKu untuk membersihkanmu dan Aku
akan melakukannya.
Mintalah padaKu untuk membuang noda-noda itu
dan itu terlaksana.
Mintalah padaKu untuk mengijinkanmu makan di
mejaKu dan kamu akan makan.
Ingat, meja ini dipesan atas namamu.
Yang bisa kamu lakukan hanyalah MENERIMA
pemberian yang sudah Aku tawarkan kepadamu."
Dengan kagum dan takjub, aku terjatuh di
kakiNya dan berkata, "Tolong, Yesus.
Tolong bersihkan hidupku.
Tolong ubahkan aku, ijinkan aku duduk di mejaMu
dan berikan padaku sebuah hidup yang baru."
Dengan segera aku mendengar,
"Sudah terlaksana."
Aku melihat pakaian putih menghiasi tubuhku
yang sudah bersih.
Sesuatu yang aneh dan indah terjadi. Aku merasa
seperti baru, seperti sebuah beban sudah terangkat dan aku
mendapatkan diriku duduk di mejaNya.
"Menu spesial hari ini sudah dipesan," kata Tuhan kepadaku.
"Keselamatan menjadi milikmu."
Kami duduk dan bercakap-cakap untuk beberapa waktu lamanya
dan aku sangat menikmati waktu yang kuluangkan denganNya.
Ia berkata kepadaku, dan kepada semua orang,
bahwa Ia ingin aku kembali sesering aku ingin bantuan lain dari
Kemurahan Tuhan. Dengan jelas Ia ingin aku meluangkan waktuku
sebanyak mungkin denganNya.
Ketika waktu sudah dekat bagiku untuk kembali ke 'dunia nyata',
Ia berbisik padaku dengan lembut,
"AKU MENYERTAI KAMU SELALU."
Dan kemudian, Ia berkata sesuatu yang tidak
akan pernah aku lupakan.
Ia berkata, "Anakku, lihatkah kamu beberapa meja yang
kosong di seluruh ruangan ini ?"
"Ya, Tuhan. Aku melihatnya. Apa artinya?" jawabku.
"Ini adalah meja-meja yang dipesan, tapi tiap-tiap individu yang
namanya tertera di tiap plakat ini belum menerima undangan untuk
makan. Maukah kamu membagikan undangan-undangan ini?
Tidak mungkin ini tempatnya. Sebenarnya, tidak
mungkin aku diterima di sini. Aku sudah diberi undangan beberapa
kali, oleh beberapa orang yang berbeda, dan baru akhirnya
memutuskan untuk melihat tempatnya seperti apa sih. Tapi, tidak
mungkin ini tempatnya. Dengan cepat, aku melihat pada undangan yang
ada di genggamanku.
Aku memeriksa dengan teliti kata-katanya,
"Datanglah sebagaimana adanya kamu. Tidak perlu ditutup-tutupi"
dan menemukan lokasinya.
Ya ... aku berada di tempat yang benar. Aku mengintip lewat
jendelanya sekali lagi dan melihat sebuah ruangan yang penuh
dengan orang-orang yang dari wajahnya terpancar sukacita.
Semuanya berpakaian rapi, diperindah dengan pakaian yang bagus
dan terlihat bersih seperti kalau mereka makan di restoran yang
bagus.
Dengan perasaan malu, aku memandang pada pakaianku yang buruk
dan compang camping, penuh dengan noda. Aku kotor, bahkan
menjijikan.
Bau yang busuk ada padaku dan aku tidak dapat membuang kotoran
yang melekat pada tubuhku. Ketika aku akan berputar untuk
meninggalkan tempat itu, kata-kata dari undangan tersebut
seakan-akan meloncat keluar, "Datanglah sebagaimana kamu adanya.
Tidak perlu ditutup-tutupi."
Aku memutuskan untuk mencobanya. Dengan mengerahkan semua
keberanianku, aku membuka pintu restoran dan berjalan ke arah
laki-laki yang berdiri di belakang panggung.
"Nama Anda, Tuan ?" ia bertanya kepadaku dengan senyuman.
"Johny Alim," kataku bergumam tanpa berani melihat ke atas.
Aku memasukkan tanganku ke kantongku dalam-dalam,
berharap untuk dapat menyembunyikan noda-nodanya. Ia sepertinya
tidak menyadari kotoran yang berusaha aku sembunyikan dan ia
melanjutkan, "Baik, Tuan. Sebuah meja sudah dipesan atas
nama Anda.
Anda mau duduk ?"
Aku tidak percaya atas apa yang aku dengar !
Aku tersenyum dan berkata, "Ya, tentu saja!"
Ia mengantarkanku ke sebuah meja dan, cukup yakin, ada plakat
dengan namaku tertera dengan tulisan tebal merah tua.
Ketika aku membaca-baca menunya, aku melihat berbagai macam
hal-hal yang menyenangkan tertera di sana.
Hal-hal tersebut seperti "damai", "sukacita","berkat",
"kepercayaan
diri","keyakinan", "pengharapan", "cinta kasih", "kesetiaan",
dan "pengampunan".
Aku sadar bahwa ini bukan restoran biasa ! Aku mengembalikan
menunya ke depan untuk melihat tempat di mana aku berada.
"Kemurahan Tuhan" adalah nama dari tempat ini !
Laki-laki tadi kembali dan berkata, "Aku merekomendasikan sajian
spesial hari ini.
Dengan memilih spesial menu hari ini, Anda berhak untuk
mendapatkan semua yang ada di menu ini."
Kamu pasti bercanda ! pikirku dalam hati.
Maksudmu, aku bisa mendapat SEMUA yang ada dalam menu ini ?
"Apa menu spesial hari ini ?" aku bertanya dengan penuh
kegembiraan.
"Keselamatan," jawabnya.
"Aku ambil," jawabku spontan.
Kemudian, secepat aku membuat keputusan itu,
kegembiraan meninggalkan tubuhku.
Sakit dan penderitaan merenggut lewat perutku
dan air mata memenuhi mataku. Dengan menangis tersedu sedan,
aku berkata, "Tuan, lihatlah diriku.
Aku ini kotor dan hina.
Aku tidak bersih dan tidak berharga.
Aku ingin mendapat semuanya ini, tapi aku tidak dapat
membelinya."
Dengan berani, laki-laki itu tersenyum lagi.
"Tuan, Anda sudah dibayar oleh laki-laki di sebelah sana,"
katanya sambil menunjuk pintu masuk ruangan.
"Namanya Yesus."
Aku berbalik, aku melihat seorang laki-laki yang kehadirannya
membuat terang seluruh ruangan itu. Aku melangkah maju ke arah
laki-laki itu, dan dengan suara gemetar aku berbisik,
"Tuan, aku akan mencuci piring-piring atau membersihkan lantai
atau mengeluarkan sampah.
Aku akan melakukan apa pun yang bisa aku lakukan untuk
membayarMu kembali atas semuanya ini."
Ia membuka tangannya dan berkata dengan senyuman,
"Anakku, semuanya ini akan menjadi milikmu,
cukup hanya bila kamu datang kepadaKu.
Mintalah padaKu untuk membersihkanmu dan Aku
akan melakukannya.
Mintalah padaKu untuk membuang noda-noda itu
dan itu terlaksana.
Mintalah padaKu untuk mengijinkanmu makan di
mejaKu dan kamu akan makan.
Ingat, meja ini dipesan atas namamu.
Yang bisa kamu lakukan hanyalah MENERIMA
pemberian yang sudah Aku tawarkan kepadamu."
Dengan kagum dan takjub, aku terjatuh di
kakiNya dan berkata, "Tolong, Yesus.
Tolong bersihkan hidupku.
Tolong ubahkan aku, ijinkan aku duduk di mejaMu
dan berikan padaku sebuah hidup yang baru."
Dengan segera aku mendengar,
"Sudah terlaksana."
Aku melihat pakaian putih menghiasi tubuhku
yang sudah bersih.
Sesuatu yang aneh dan indah terjadi. Aku merasa
seperti baru, seperti sebuah beban sudah terangkat dan aku
mendapatkan diriku duduk di mejaNya.
"Menu spesial hari ini sudah dipesan," kata Tuhan kepadaku.
"Keselamatan menjadi milikmu."
Kami duduk dan bercakap-cakap untuk beberapa waktu lamanya
dan aku sangat menikmati waktu yang kuluangkan denganNya.
Ia berkata kepadaku, dan kepada semua orang,
bahwa Ia ingin aku kembali sesering aku ingin bantuan lain dari
Kemurahan Tuhan. Dengan jelas Ia ingin aku meluangkan waktuku
sebanyak mungkin denganNya.
Ketika waktu sudah dekat bagiku untuk kembali ke 'dunia nyata',
Ia berbisik padaku dengan lembut,
"AKU MENYERTAI KAMU SELALU."
Dan kemudian, Ia berkata sesuatu yang tidak
akan pernah aku lupakan.
Ia berkata, "Anakku, lihatkah kamu beberapa meja yang
kosong di seluruh ruangan ini ?"
"Ya, Tuhan. Aku melihatnya. Apa artinya?" jawabku.
"Ini adalah meja-meja yang dipesan, tapi tiap-tiap individu yang
namanya tertera di tiap plakat ini belum menerima undangan untuk
makan. Maukah kamu membagikan undangan-undangan ini?