Tuesday, October 25, 2005
Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya.

Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.

Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan.

Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?"

" Ya, tetapi, aku tdk membawa uang" jawab Ana dengan malu-malu

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu" jawab si pemilik kedai. "Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.

Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.

"Ada apa nona?" Tanya si pemilik kedai.

"tidak apa-apa" aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,...

ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah"

"Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri" katanya kepada pemilik kedai

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata

"Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi utukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya"

Ana, terhenyak mendengar hal tsb.

"Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb? Utk semangkuk bakmi dr org yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia mnguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.

Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.

Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang"

Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd org lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita.

Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

RENUNGAN:

BAGAIMANAPUN KITA TIDAK BOLEH MELUPAKAN JASA ORANG TUA KITA.

SERINGKALI KITA MENGANGGAP PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN SUATU PROSES ALAMI YANG BIASA SAJA.
TETAPI KASIH DAN KEPEDULIAN ORANG TUA KITA ADALAH HADIAH PALING BERHARGA YANG DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA LAHIR.

PIKIRKANLAH HAL ITU......

APAKAH KITA MAU MENGHARGAI PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA KITA?

HAI ANAK-ANAK, TAATILAH ORANG TUAMU DALAM SEGALA HAL, KARENA ITULAH YANG INDAH DIDALAM TUHAN.
 
posted by imelda at 8:19 AM | 0 comments
Sunday, October 23, 2005
Jalan Salib di Via Dolorosa


terima kasih Tuhan Engkau telah melindungi papa dan mama dalam perjalanan ke yerusalem, israel, gunung sinai dll. betapa bahagianya bisa mengikuti tapak tilas Yesus sendiri.
 
posted by imelda at 6:36 AM | 0 comments
Sunday, October 16, 2005
Berterima kasihlah untuk apapun yang anda miliki dan ucapkan doa ini :



ü Terima kasih Tuhan!

ü Terima kasih Tuhan untuk Alam semesta yang agung!

ü Terima kasih Tuhan untuk planet yang berlimpah ini.

ü Terima kasih Tuhan untuk hidup saya.

ü Terima kasih Tuhan untuk kehidupan semua yang saya kasihi.

ü Terima kasih Tuhan untuk keajaiban mutlak dari bayi-bayi,hewan-hewan,musik,alam,cinta dan tahun baru ini.

ü Terima kasih Tuhan untuk kedermawanan yang luar biasa dari teman-teman.

ü Terima kasih Tuhan untuk hari baru ini!

ü Teirma kasih Tuhan untuk waktu bersama yang ajaib ini.

ü Terima kasih Tuhan untuk makanan ini.

ü Terima kasih Tuhan untuk kedamaian ini.

ü Terima kasih Tuhan untuk kasihmu.

ü Terima kasih Tuhan!.



Berjanjilah pada diri sendiri :

ü Menjadi begitu kuat sehingga tidak ada yang dapat menganggu kedamaian pikiran anda.

ü Untuk mengharapkan kesehatan , kebahagiaan , dan kemakmuran kepada setiap orang yang anda temui.

ü Untuk membuat semua teman anda merasa bahwa ada sesuatu yang luar biasa dalam diri mereka.

ü Untuk melihat sisi terang dari setiap hal dan membuat optimisme anda menjadi kenyataan.

ü Untuk memikirkan hanya yang terbaik ,bekerja untuk yang terbaik dan mengharapkan hanya yang terbaik.

ü Untuk menjadi sama antusiasnya atas keberhasilan orang lain seperti anda antusias dengan keberhasilan anda sendiri.

ü Melupakan kesalahan-kesalahan masa lalu dan berjuang menuju pencapaian yang lebih besar di masa depan.

ü Untuk mengenakan wajah ceria sepanjang waktu dan tersenyum kepada setiap makhluk hidup yang kau temui.

ü Untuk memberikan banyak waktu untuk memperbaiki diri sendiri sehingga anda tidak memiliki waktu untuk mengkritik orang lain.

ü Untuk menjadi terlalu besar untuk khawatir,terlalu mulia untuk marah , terlalu kuat untuk takut , dan terlalu bahagia untuk mengizinkan hadirnya persoalan.
 
posted by imelda at 3:37 PM | 0 comments
Mother of all mankind
 
posted by imelda at 12:13 PM | 0 comments
Ada seorang pria, termasuk anak lelakinya, suka mengkoleksi karya seni
yang langka. Mereka memiliki seluruh koleksi karya seni yang pernah ada,
dari Picasso sampai Raphael. Bapa dan anak ini seringkali duduk bersama
dan mengagumi keindahan karya-karya seni tersebut.

Ketika terjadi perang Vietnam, anak lelaki ini diutus ke medan peperangan.
Seorang pemuda yang gagah berani dan gugur di medan perang ketika ia
sedang menyelamatkan jiwa prajurit lain. Hati

ayahnya hancur ketika ia mendengar hal tersebut, menangisi kepergian anak
tunggalnya.

Sebulan kemudian, sesaat sebelum hari Natal, terdengar sebuah ketukan di
pintu rumahnya. Seorang anak muda berdiri di depan pintu membawa sebuah
bingkisan besar. Dan berkata, "Tuan, Anda tidak

mengenal saya, tetapi saya adalah prajurit yang diselamatkan oleh anak
Anda.. Ia menyelamatkan banyakjiwa hari itu, dan ia sedang menggendongku
ke tempat yang aman ketika ia ditembak, tepat terkena dihatinya.. dan ia
meninggal seketika. Anak Tuan seringkali berbicara tentang Anda dan
kecintaan Anda terhadap karya seni."

Kemudian anak muda itu menyerahkan bingkisan yang dibawanya. "Saya tahu
pemberian saya ini tidak terlalu banyak. Saya bukanlah seniman yang hebat,
tetapi saya rasa anak Tuan akan menginginkan Tuan memilikinya."

Si Ayah membuka bingkisan tersebut. Lukisan itu adalah lukisan anaknya,
yang dilukis sendiri oleh prajurit muda itu. Ia terbelalak kagum menatap
lukisan anaknya, bagaimana prajurit muda itu mampu

menangkap kepribadian anaknya, dan menuangkannya dalam lukisan. Dan
perhatian sang ayah juga tertarik pada sinar mata anaknya, membuatnya
begitu terharu sehingga ia meneteskan air mata.

Sang ayah mengucapkan terima kasih kepada prajurit muda tersebut dan
menawarkan uang untuk menggantikan hadiah itu. "Oh, tidak Tuan.. Saya
tidak akan pernah mampu membayar kembali kebaikan anak Tuan. Ini adalah
hadiah.."

Lukisan itu kemudian digantungkan di ruang tamunya. Setiap kali tamu
berkunjung ke rumahnya, ia menunjukkan mereka lukisan anaknya terlebih
dahulu, sebelum ia menunjukkan koleksi seninya yang lain.

Dan beberapa bulan kemudian, sang ayah meninggal dunia. Dan diadakan
lelang besar untuk koleksi lukisannya. Orang-orang kaya dan terhormat
datang berkumpul, merasa senang bahwa pada akhirnya mereka mempunyai
kesempatan untuk memiliki karya-karya seni yang langka sebagai koleksi
mereka.

Lukisan sang anak diletakkan di atas mimbar. Pelelang kemudian memukulkan
palunya, "Lelang akan dimulai dengan lukisan sang anak. Siapa yang akan
menawar lukisan ini?"

Ruangan tersebut tiba-tiba hening. Dari arah belakang terdengar suara,
"Kami ingin melihat lukisan-lukisan terkenal! Lewati lukisan ini!"

Tetapi pelelang tetap berkata, "Apakah ada yang menawar lukisan ini?
Dimulai dari $100? $200?"

Terdengar suara lain yang mulai marah, "Kami tidak datang untuk melihat
lukisan ini. Kami mau melihat Van Gogh, Rembrandt.. Jangan main-main.
Mulailah serius!"

Namun, pelelang tersebut tetap berkata, "Sang Anak! Sang Anak! Siapa yang
akan mengambil Sang Anak?". Akhirnya, terdengar suara dari belakang
ruangan. Suara tukang kebun keluarga tersebut. "Aku akan berikan $10 untuk
lukisan itu." Karena ia miskin, ia hanya sanggup memberikan $10.

"Ada $10! Siapa yang akan menawar $20?"

"Biarkan ia membayar $10! Sekarang ayo perlihatkan kami lukisan yang
lain!"

"$10! Siapa yang akan menawar $20?"

Para tamu mulai marah. Mereka tidak ingin melihat lukisan sang Anak.
Mereka hendak mengeluarkan uang dan menginvestasikannya pada koleksi
lukisan yang langka dan mahal!

Si pelelang memukul-mukulkan palunya ke atas meja, "Satu! Dua! TERJUAL
untuk $10!" Seorang pria yang duduk di barisan kedua mulai berteriak,
"Sekarang ayo serius mulai dengan pelelangan ini!!!"

Pelelang itu kemudian meletakkan palunya. "Maaf. Acara lelang sudah
berakhir."
"Apa?? Bagaimana dengan lukisan-lukisan yang lain??"
"Maaf. Ketika saya diminta untuk mengadakan lelang ini, saya diberitahukan
bahwa acara lelang ini adalah salah satu rahasia untuk dilakukan dalam
surat wasiatnya. Dan saya tidak boleh membuka

rahasia tersebut sampai acara ini berakhir. Hanya lukisan sang anak yang
boleh dilelang. Sia pa yang membeli lukisan tersebut akan memiliki seluruh
harta kekayaannya, properti, tanah, termasuk

seluruh koleksi lukisannya. Bapak yang membeli lukisan sang Anak
memperoleh semuanya!!

Tuhan memberikan AnakNya 2.000 tahun yang lalu untuk mati di kayu salib.
Seperti pelelang tersebut berkata, pesan hari ini adalah

"Sang Anak, sang Anak!! Siapa yang mau mengambil sang Anak?" Karena Anda
lihat, siapa yang mengambil Sang Anak memperoleh semuanya.

Terj. bebas: Azallea Lesmana (Untuk kalangan sendiri)

Pengarang: Tidak diketahui

Lamar Boschman - "When I worship, I would rather my heart be without
words than my words be without heart."
 
posted by imelda at 12:26 AM | 0 comments
Saturday, October 15, 2005
Ihik..ihik...ihik.. jadi tersentuh membacanya...
terkadang aku masih kurang mensyukuri perbuatan-NYA....



Gusti Allah ora sare... (Tuhan tidak pernah istirahat)

Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini.

Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan.

Setengah berlari saya mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana.

Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh, menjumpai bapak penjual yang
sendirian ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala.

Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dik, daripada kehujanan...,"
begitu k atanya saat saya meminta ijin berteduh.

Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang
pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, "tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja."

Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk.
Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar.

Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja,
mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung
mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih,
orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?" Bapak itu menoleh kearah
saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil
menghisap rokok dalam-dalam.

"Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah,
rezekinya jadi berkurang dong ya?" Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja
tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya
akan membuat Bapak itu tambah sedih.
Namun, agaknya saya keliru...

"Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu tidak pernah istirahat), begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya."
Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini pasti bisa ngojek payung
kalau besok masih hujan.....".

Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, "Gusti Allah ora sare".
Allah Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya.
Saya rupanya telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya,
tampak tak ada artinya di depan perkataan sederhana itu. Maknanya terlampau
dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di
hadapan Tuhan.

Saya selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi
banyak hal. Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi,
dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat,
bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus
bersabar. Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun
rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah
berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi
petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang
mengojek payung, atau mendorong mobil yang mogok.

Hmm...saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu
pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak dibenak saya.
"Ya Allah, Engkau Memang Tak Pernah Beristirahat" Untunglah,hujan telah
reda, dan sayapun telah selesai makan.

Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Gusti Allah Ora
Sare..... Gusti Allah Ora Sare.....

Begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya.
Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara
yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.

Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan.

Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya. Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya
tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan
istimewa.

Aku berdoa agar diberikan kekuatan...Namun,
Allah memberikanku cobaan agar aku kuat menghadapinya.

Aku berdoa agar diberikan kebijaksanaan...Namun,
Allah memberikanku masalah agar aku mampu memecahkannya.

Aku berdoa agar diberikan kecerdasan...Namun,
Allah memberikanku otak dan pikiran agar aku dapat belajar dari-Nya.

Aku berdoa agar diberikan keberanian...Namun,
Allah memberikanku persoalan agar aku mampu menghadapinya.

Aku berdoa agar diberikan cinta dan kasih sayang..... Namun,
Allah memberikanku orang-orang yang luka hatinya agar aku
dapat berbagi dengannya.

Aku berdoa agar diberikan kebahagiaan...Namun,
Allah memberikanku pintu kesempatan agar aku dapat memanfaatkannya.

Sahabat, terima kasih telah membaca.
Silahkan memforward email ini ke sahabat2mu, yang engkau cintai dan
teman-teman lain. Bagi dan berikanlah yang terbaik untuk mereka
 
posted by imelda at 11:33 PM | 0 comments
DEAR ALL,



Akibat Kenaikan BBM ternyata telah dirasakan orang kecil bahkan akibat
kenaikan ini menimbulkan sebuah "perkelahian" kecil yang sebenarnya
tidak pantas dilihat dan dilakukan.

Siang ini ketika saya akan ke klinik, saya menumpang KWK jurusan Cilincing.
Di perempatan jalan, ada seorang penumpang yaitu ibu setengah baya yang
mengetok pintu KWK dan ingin turun diperempatan itu dan ibu itu membayar
ongkos KWK.

Ibu itu mengeluarkan uang lembaran seribuan dan uang itu diterima oleh
pak sopir dan karena merasa kalau uang bayaran kurang pak sopir
memanggil ibu itu dan meminta tambahan bayaran yaitu Rp. 500.00.

Ibu itu malah marah marah dan mengatakan hal yang macem macem dan tidak
enak di dengar sambil melemparkan koin Rp.500,00 ke arah sopir.

Sopir ternyata tidak terima dengan perlakuan ibu itu dan melempar balik
koin lima ratusan itu dan tepat mengenai kepala ibu yang tadi melemparkan koin kearah sopir.

Tentu ibu itu menjadi semakin marah dan semakin bicara ngawur dengan
"menghujat" sopir itu.
Lha pak soper dengan entengnya membalas hojatan ibu itu dengan kata kata
yang tidak kalah kasar malah sampai mengatakan," ngapain pakai jilbab
tapi tidak bisa menghormati orang lain. lebih baik dilepas saja dan tidak mencemari agama. saya beragama....... menjadi malu dengan kelakuan ibu yang tidak punya sopen santun itu".

Perang mulut itu semakin menjadi dan karena ada ibu yang juga berjilbab
dan lebih tua dan kelihatan alim melerai perang itu dan mengatakan,"
sudah bang, malu masak sesama ..... kok berantem. nanti saya yang bayar
ongkos ibu itu".

Sopir menjawab," bukan masalah bayaran bu haji, tapi masalah sopan
santun".

Akhirnya sopir kembali mengemudikan mobil sambil masih terus mengumpat
dan kami yang ada dimobil hanya bisa menghibur pak sopir dan meminta
tetap tenang.

Inilah sedikit kejadian yang diakibatkan kenaikan ongkos angkutan dan
ini karena kenaikan bbm kemarin.

Bukankah ini hanya hal yang sepele yaitu tentang uang lima ratus rupiah.
Namun dibalik recehan lima ratus rupiah ini teryata terjadi perang panas
yang siap meluluh lantakkan hati dua insan yang masih satu saudara dalam
iman.

Mengapa hal sekecil itu menjadi masalah ?
Ini karena hal kecil pun diburu oleh orang untuk mempertahankan hidupnya.
Mempertahankan hidup memang tidak mudah karena harus mengumpulkan
recehan demi recehan agar bisa membeli sesuatu yang bisa memperpanjang
nafas kehidupan ini.

Disisi lain……

Sewaktu saya sampai di Klinik.
Saya bertemu kembali dengan ibu yang berat badannya 24 kg seperti yang
saya ceritakan pada kisah terdahulu.
Ibu ini membawa hasil rongsen dan hasil laborat untuk diperiksa dokter.
Ternyata ibu ini menderita TBC yang sudah cukup parah.

Ibu ini akhirnya diberi obat TBC dan diminta rutin datang untuk
mengambil obat setiap sepuluh hari sekali.
Tapi ibu itu keberatan karena ia tidak punya uang maka kami membebaskan
biaya ibu itu untuk setiap pengambilan obat.
Sewaktu ibu itu menerima obat, salah satu perawat kami memberi saran
kepada ibu itu agar mengkonsumsi makanan yang bergizi.
Ibu itu menjawab saran perawat itu dengan air mata yang berlinang,
"bagaimana makan yang bergisi bu dokter ( ia memanggil perawat dengan
panggilan dokter), lha makan saja saya jarang karena kami tidak bisa
masak setiap hari dan kalau ada makanan yang makan hanya anak anak dan
saya lebih baik tidak makan".

Saya menjadi sedih melihat ibu itu. maka saya panggil anaknya dan saya
minta dokter sekalian memeriksa anaknya dan dokter mengatakan kalau
anaknya tidak apa apa dan besok dirongsenkan saja agar tahu apakan dia
tbc atau tidak.

Dokter hanya menyarankan kalau anak itu perlu diberi susu atau kacang
hijau agar anak itu lebih sehat dan tidak kelihatan pucat. Memang anak
itu kelihatan gemuk namun wajahnya pucat tidak seperti anak anak yang
lainya

Maka sebelum ibu itu pulang Hanky memberikan susu untuk ibu dan anak itu
sebanyak 20 saset agar sepuluh untuk anaknya dan yang sepuluh untuk
ibuknya dan saya tanyakan apakah ibu mendapat dana dari pemerintah yang
besarnya Rp 100.000,00 sebulan.

Ibu itu menjawab kalau ia dan keluarganya tidak mendapatkan bantuan itu
karena ia tinggal di daerah yang tidak ada RT maupun RWnya.
Ibu itu mengatakan kalau bantuan yang diterima hanya dari sekolah
anaknya yang sekolah di TK yang ada di ruang sebelah
Lha ruang sebelah adalah sekolah pra sekolah milik kami juga.

Inilah kejamnya kehidupan.

Ternyata masih ada ibu yang tidak makan sehari bahkan lebih demi anak
anaknya.
Bukankan ini hal yang mengharukan sekaligus menyedihkan menyayat hati.
Dilain pihak banyak orang sering menyimpan makanan sampai kadaluwarso
dan bahkan banyak yang membuang makanan serta kalau makan banyak orang
yang tidak habis lalu dibuang dan menjadi sampah yang membuat mamper got
yang ada disekitar rumah.

Jadi sungguh bukan hisapan jempol kalau kesulitan itu masih ada dan akan
bisa ditemukan kalau mata sungguh terbuka dan orang mau mendekati dan
mendengarkan keluh kesah dari banyak orang yang hidup dalam disekitar
kita.

Jujur saya sering melihat ibu ini dan malah sering bercerita banyak
namun belum pernah bercerita tentang makan dan bagaimana beliau tidak
makan demi anak anaknya.

Pantesan beliau kalau mengantar anaknya hanya duduk sendiri di sudut
bangunan dan tidak bergabung dengan ibu yang lain.
Ini mungkin minder atau merasa tidak layak bergabung dengan banyak orang
yang lebih beruntung dari hidupnya.

pengalaman hari ini sungguh menampar hati saya.
Kesulitan memang sungguh menggigit dan menjerat orang kecil.
Sungguh uang recehan limaratusan menjadi barang yang berharga sekali
bagi kehidupan orang kecil apalagi kehidupan orang yang sulit sekali
mendapatkan sesuap nasi.


Bagi kita uang limatarusan adalah hanya untuk "kerokan" dan segera
dilempar ke sudut ruangan kalau sudah selasai digunakan.

Dua kejadian ini menjadi bukti kalau kenaikan bbm ternyata memang
mencekik mereka yang telah hidup dalam lembah kesulitan.

Dan perhatian pemerintah kepada mereka yang hidup dilembah kesulitan ini
juga tidak bisa sampai karena keberadaan mereka memang sangat dalam dan
jauh dari jangkauan pemerintah yang sibuk menjangkau ayng lain.

pemerintah bekerja atas dasar struktur yang bisa dipercaya sedangkan
ratusan bahkan jutaan orang hidup tidak dibawah struktur dan mereka liar
mendiami pinggir sungai, tanah sengketa dan tanah pemerintah dan mereka
tidak masuk dalam instasi yang bernama RT maupun RW.

Mereka hidup dan tidak dilirik oleh aparat yang berwajib baru dilihat
kalau mau digusur atau "diberangus" keberadaannya.

Lha dibawah kekuasaan aparat RT dan RW saja sudah banyak yang miskin
ngapain ngurusi yang hidup liar? Jadi masalah saja.
Ini mungkin pemikiran aparat yang diberi wewenang mendata keberadaan
orang miskin.
Maka hanya kitalah yang bisa menjangkau mereka yang ada dalam jurang
kesulitan itu, karena tangan pemerintah tidak bisa sampai menjangkau
disana.
Mari bersama menyambungkan tangan dan hati untuk menyapa mereka yang
kurang beruntung ini dan berbagi apa yang kita punyai.
Ini tidak sulit misalnya dengan berani makan seperlunya dan tidak
menyai-nyiakan apa yang diberikan oleh Tuhan kepada kita.
Kalau berkelebihan ingatlah mereka yang terlupakan, dan kalau makan
tidak habis ingatlah pula yang tidak bisa makan karena kemiskinan.
Kita tidak bisa makan karena makanan berlimpah dan kita tidak sanggup
menyantapnya namun mereka yang miskin dan tidak beruntung tidak bisa
makan karena menang tidak ada yang dimakan.
Jadi kalau ada kelebihan dalam keluarga apapun itu, bukalah pintu rumah
dan bukalah gerbang serta tunggulah mengkin ada orang lewat yang perlu
sapaan dan mungkin memerlukan makanan.
Jangan dibuang apa yang ada namun berikan kepada yang membutuhkan.
saya yakin banyak orang yang tidak beruntung di sekitar kita dan banyak
yang berkeliaran mengelilingi kita, hanya kadang kita yang enggan
melihat mereka.


Sekali lagi bukalah sedikit saja selubung kehidupan Anda agar mata bisa
lebih jelas melihat orang kecil disekitar kita.
Mereka itu adalah indah dan mutiara kalau telah bisa bergaul dengan
mereka.
Kehadiran mereka akan menjadi penjaga hidup kita.
Yakinlah kalau sedikit saja kita mau membuka pintu dan memberikan yang
kita punyai pada orang yang kurang beruntung dalam kehidpan ini maka
merekalah yang akan menjadi penjaga seluruh isi rumah dan hidup kita.

Sekali lagi mari berbagi dari apa yang bisa dibagikan.
Jangan dibuang.
Ingatlah mereka yang belum bisa menikmati hidup ini secara penuh.
Tuhan telah membuka hatiNya dan memberikan apa yang dipunyaiNya termasuk
pakianNya serta hatiNya dengan tergantung telanjang dikayu salib.
Ini adalah ajakan untuk membuka sedikit saja hati kita bagi orang lain
dan memberikan kepada yang kurang beruntung.
Semoga semangat penyerahan Tuhan dengan berbagi hidupNya ada dalam
hidup kita sehingga banyak kehidupan semakin terjaga dan lebih lama
tinggal dibumi ini.

Hormat penuh berkat dari orang kecil ini.
petrusp.
Untuk bergabung kirimkan email kosong ke:
rohani-subscribe@yahoogroups.com

* Harta rohani - jika dibagikan justru kita semakin diperkaya karenanya.
 
posted by imelda at 11:54 AM | 0 comments
Friday, October 14, 2005
* jangan pernah mencintai karena uang. Anda tak tahu kapan hari terakhir anda atau kapan mereka meninggalkan anda.



*Catatan: ini adalah kisah nyata



* Hari terakhir sebelum Natal, aku terburu-buru ke supermarket untuk membeli hadiah2 yang semula tidak direncanakan untuk dibeli. Ketika melihat orang banyak, aku mulai mengeluh: "Ini akan makan waktu selamanya, sedang masih banyak tempat yang harus kutuju" "Natal benar2 semakin menjengkelkan dari tahun ke tahun. Kuharap aku bisa berbaring, tidur, dan hanya terjaga setelahnya" Walau demikian, aku tetap berjalan menuju bagian mainan, dan di sana aku mulai mengutuki harga-harga, berpikir apakah sesudahnya semua anak akan sungguh-sungguh bermain dengan mainan yang mahal.



* Saat sedang mencari-cari, aku melihat seorang anak laki2 berusia sekitar 5 tahun, memeluk sebuah boneka. Ia terus membelai rambut boneka itu dan terlihat sangat sedih. Aku bertanya-tanya untuk siapa boneka itu. Anak itu mendekati seorang perempuan tua di dekatnya: 'Nenek, apakah engkau yakin aku tidak punya cukup uang?'

Perempuan tua itu menjawab: 'Kau tahu bahwa kau tidak punya cukup uang untuk membeli boneka ini, sayang.' Kemudian Perempuan itu meminta anak itu menunggu di sana sekitar 5 menit sementara ia berkeliling ke tempat lain. Perempuan itu pergi dengan cepat. Anak laki2 itu masih menggenggam boneka itu di tangannya.



* Akhirnya, aku mendekati anak itu dan bertanya kepada siapa dia ingin memberikan boneka itu.'Ini adalah boneka yang paling disayangi adik perempuanku dan dia sangat menginginkannya pada Natal ini. Ia yakin Santa Claus akan membawa boneka ini untuknya' Aku menjawab mungkin Santa Claus akan membawa boneka untuk adiknya, dan supaya ia jangan khawatir. Tapi anak laki2 itu menjawab dengan sedih 'Tidak, Santa Claus tidak dapat membawa boneka ini ke tempat dimana adikku berada saat ini.

Aku harus memberikan boneka ini kepada mama sehingga mama dapat memberikan kepadanya ketika mama sampai di sana.' Mata anak laki2 itu begitu sedih ketika mengatakan ini 'Adikku sudah pergi kepada Tuhan.

Papa berkata bahwa mama juga segera pergi menghadap Tuhan, maka kukira mama dapat membawa boneka ini untuk diberikan kepada adikku.' Jantungku

seakan terhenti.



* Anak laki2 itu memandangku dan berkata: 'Aku minta papa untuk memberitahu mama agar tidak pergi dulu. Aku meminta papa untuk menunggu hingga aku pulang dari supermarket.' Kemudian ia menunjukkan fotonya yang sedang tertawa. Kamudian ia berkata: 'Aku juga ingin mama membawa foto ini supaya tidak lupa padaku. Aku cinta mama dan kuharap ia tidak meninggalkan aku tapi papa berkata mama harus pergi bersama adikku.'

Kemudian ia memandang dengan sedih ke boneka itu dengan diam.



* Aku meraih dompetku dengan cepat dan mengambil beberapa lembar uang dan berkata kepada anak itu. 'Bagaimana jika kita periksa lagi, kalau2 uangmu cukup?' 'Ok' katanya. 'Kuharap punyaku cukup.' Kutambahkan uangku pada uangnya tanpa setahunya dan kami mulai menghitung. ternyata cukup untuk boneka itu, dan malah sisa. Anak itu berseru: 'Terima Kasih Tuhan karena memberiku cukup uang' Kemudian ia memandangku dan menambahkan: 'Kemarin sebelum tidur aku memohon kepada Tuhan untuk memastikan bahwa aku memiliki cukup uang untuk membeli boneka ini sehingga mama bisa memberikannya kepada adikku. DIA mendengarkan aku. Aku juga ingin uangku cukup untuk membeli mawar putih buat mama, tapi aku tidak berani memohon terlalu banyak kepada Tuhan. Tapi DIA memberiku cukup untuk membeli boneka dan mawar putih.' 'Kau tahu, mamaku suka mawar putih'



* Beberapa menit kemudian, neneknya kembali dan aku berlalu dengan keretaku. Kuselesaikan belanjaku dengan suasana hati yang sepenuhnya berbeda dari saat memulainya. Aku tidak dapat menghapus anak itu dari pikiranku. Kemudian aku ingat artikel di koran lokal 2 hari yang lalu, yang menyatakan seorang pria mengendarai truk dalam kondisi mabuk dan menghantam sebuah mobil yang berisi seorang wanita muda dan seorang gadis kecil. Gadis kecil itu meninggal seketika, dan ibunya dalam kondisi kritis. Keluarganya harus memutuskan apakah harus m encabut alat penunjang kehidupan, karena wanita itu tidak akan mampu keluar dari kondisi koma. Apakah mereka keluarga dari anak laki2 ini?



* 2 hari setelah pertemuan dengan anak kecil itu, kubaca di koran

bahwa wanita muda itu meninggal dunia. Aku tak dapat menghentikan diriku dan pergi membeli seikat mawar putih dan kemudian pergi ke rumah duka tempat jenasah dari wanita muda itu diperlihatkan kepada orang2 untuk memberikan penghormatan terakhir sebelum penguburan. Wanita itu di sana, dalam peti matinya, menggenggam setangkai mawar putih yang cantik dengan foto anak laki2 dan boneka itu ditempatkan di atas dadanya. Kutinggalkan tempat itu dengan menangis, merasa hidupku telah berubah selamanya.

Cinta yang dimiliki anak laki2 itu kepada ibu dan adiknya, sampai saat ini masih sulit untuk dibayangkan. Dalam sekejap mata, seorang pria mabuk mengambil semuanya dari anak itu.





FRIENDS ARE LIKE ANGELS,

WHO HELP US FLY WHEN OUR WINGS HAVE FORGOTTEN HOW TO FLY
 
posted by imelda at 12:22 PM | 0 comments
Friday, October 07, 2005
Penantian Sang Ayah
Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai anak. Ayah ini sangat menyayangi anaknya. Di suatu weekend, si ayah mengajak anaknya untuk pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut.
Benar saja, di sebuah tikungan, sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam di rumah sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun. Buta tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan.
Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta-tuli ini. Dia senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Di suatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat 'hangat' tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat.
Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat., namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau papanya hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdoa dan berharap, kalau suatu saat Tuhan boleh memberi mujizat. Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendoakan kesembuhan anaknya. Setiap hari.
Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yg tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Tuhan telah mengabulkan doa sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yg telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. "Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku."
Sahabatku, terkadang seperti Anak itulah Tingkah kita. Terkadang kita Buta dan Tuli, tidak mau sedikitpun mendengar dan melihat sekeliling kita. Tapi Tuhan sebagai AYAH YANG BAIK dan SETIA pada Kita. Dia selalu dengan Sabar Menuntun dan Menolong Kita
 
posted by imelda at 11:46 PM | 0 comments
Wednesday, October 05, 2005
Beberapa tahun yang lalu, sekelompok salesman menghadiri pertemuan sales di Chicago. Mereka telah meyakinkan istri-istri mereka bahwa mereka akan mempunyai cukup waktu untuk makan malam bersama di rumah pada hari Jumat.

Namun, manager sales menghabiskan lebih banyak waktu daripada yang diperkirakan dan pertemuan berakhir lebih lambat daripada yang telah dijadwalkan.
Akibatnya, dengan tiket pesawat dan tas mereka di tangan, mereka berlari menerobos pintu airport, tergesa-gesa, mengejar penerbangan mereka pulang.

Ketika mereka sedang berlari-lari, salah satu dari para salesman ini tidak sengaja menendang sebuah meja yang digunakan untuk menjual apel. Dan apel-apel itu beterbangan.

Tanpa berhenti atau menoleh ke belakang, mereka semua akhirnya berhasil masuk ke dalam pesawat dalam detik-detik terakhir pesawat itu tinggal landas.
Semua,kecuali seorang. Dia berhenti,menghela napas panjang,bergumul dengan perasaannya lalu tiba-tiba rasa kasihan menyelimuti dirinya untuk gadis yang menjual apel. Ia berkata kepada rekan-rekannya untuk pergi tanpa dirinya, melambaikan tangan, meminta salah satu temannya menelpon istrinya ketika mereka sampai di tempat tujuan untuk untuk memberitahukan bahwa ia
akan meng ambil penerbangan yang berikutnya. Kemudian,
ia kembali ke pintu terminal yang berceceran dengan banyak sekali buah apel di lantai.

Salesman ini merasa lega ketika ia tiba disana. Gadis yang berumur 16 tahun ini buta! Gadis tersebut sedang menangis sesegukan, air matanya mengalir turun di pipinya, dan gadis itu sedang berusaha untuk meraih buah-buah apel yang bertebaran diantara kerumunan
orang-orang yang bersliweran disekitarnya, tanpa seorangpun berhenti, ataupun cukup peduli untuk membantunya.

Salesman itu berlutut di lantai disampingnya, mengumpulkan apel-apel tersebut, menaruhnya kembali kedalam keranjang dan membantu memajangnya dimeja seperti semula. Se ketika itu, ia menyadari bahwa
banyak dari apel-apel itu rusak, dan ia mengesampingkan apel yang rusak kedalam keranjang yang lain. Setelah selesai, pria ini mengeluarkan uang dari dompetnya dan berkata kepada si gadis penjual, "Ini, ambillah $20 untuk semua kerusakan ini. Apakah
kau tidak apa-apa?"
Gadis itu mengangguk, masih berlinang air mata. Pria itu melanjutkan dengan berkata, "Saya harap kita tidak merusak harimu begitu parah"
Ketika pria ini mulai beranjak pergi, gadis penjual yang buta ini memanggilnya, "Tuan..."
Pria ini berhenti, dan menoleh ke belakang untuk menatap kedua matanya yang buta. Gadis ini melanjutkan, "Apakah engkau Yesus?"
Ia terpana. Kemudian, dengan langkah yang lambat ia berjalan masuk mengejar penerbangan berikutnya. Dan pertanyaan itu terus menerus berbicara d idalam hatinya, "Apakah kau Yesus?"
Apakah orang-orang mengira engkau Yesus? Bukankah itu tujuan hidup kita? Untuk menjadi serupa dengan Yesus sehingga orang-orang tidak dapat melihat perbedaannya ketika kita hidup dan
berinteraksi didalam dunia yang buta dan tidak mampu melihat kasih,anugrah dan kehidupanNya. Jika kita mengakui bahwa kita mengenal Dia, kita harus hidup, berjalan, dan bertindak seperti Yesus.

Mengenal Yesus adalah lebih dalam daripada hanya sekadar mengutip kata-kata dari Alkitab dan pergi beribadah di gereja. Mengenal Yesus adalah menghidupi FirmanNya hari demi hari.
 
posted by imelda at 11:42 PM | 0 comments